PLANET
BIRU
Bumi, beserta atmosfer dan
lautannya, beserta biosfernya yang rumit, beserta kerak yang terbentuk dari
bekuan batuan metamorfik berlapis-lapis, yang relatif teroksidasi, kaya akan
silika, dan menyelimuti [lapisan dan inti yang terdiri dari magnesium silikat]
biji besi, beserta puncak salju, gurun pasir, hutan, padang lumut, rimba
belantara, padang rumput, danau air tawar, padang batubara, kantong minyak,
gunung api, lubang lahar, pabrik, mobil, tanaman, binatang, medan magnet,
ionosfer, pegunungan di tengah laut, lapisan penyangga...merupakan sistem
dengan kerumitan mencengangkan.
(J. S. Lewis, Ahli Geologi dari Amerika) 54
(J. S. Lewis, Ahli Geologi dari Amerika) 54
Petualang luar angkasa khayalan,
dari planet di angkasa nun jauh di sana, ketika mendekati tata surya akan
menjumpai pemandangan yang sangat menarik. Bayangkan bahwa kita adalah
pengembara seperti itu, dan kita sedang menghampiri bidang edar planet terhadap
matahari sebuah lingkaran raksasa pada bola langit di mana seluruh planet utama
dalam tata surya kita bergerak.
Planet pertama yang dijumpai adalah
Pluto.
Planet ini sangat dingin, dengan
suhu sekitar -238oC. Atmosfernya tipis dan akan berbentuk gas jika
planet ini berada hanya sedikit lebih dekat ke matahari pada orbitnya yang
berbentuk agak elips. Lain saat, atmosfernya menjadi lapisan es. Pluto,
ringkasnya, adalah bola tanpa kehidupan yang diselimuti es.
Bergerak mendekat matahari, Anda
akan menjumpai Neptunus. Planet ini dingin juga, sekitar -218oC.
Atmosfernya terdiri dari hidrogen, helium, dan metan, beracun bagi kehidupan.
Angin yang bertiup kencang, mendekati 2.000 km per jam, bergemuruh di seluruh
permukaan planet.
Lantas Uranus: planet gas yang pada
permukaannya terdapat batuan dan es. Suhu permukaannya adalah -214oC
dan atmosfernya, lagi-lagi, terdiri dari hidrogen, helium, dan metan tak cocok
bagi kehidupan manusia.
Setelah Uranus, Anda mendekati
Saturnus. Ini adalah planet terbesar kedua dalam tata surya, dan terutama
terkenal dengan sistem berbentuk cincin yang mengitarinya. Cincin ini terdiri
dari gas, batuan, dan es. Salah satu dari sekian banyak hal menarik tentang
Saturnus adalah planet ini seluruhnya terdiri dari gas: 75% hidrogen dan 25%
helium, dan kerapatannya kurang daripada kerapatan air. Jika Anda ingin
"mendaratkan" pesawat di Saturnus, Anda sebaiknya merancang pesawat
Anda agar bisa seperti pelampung! Suhu rata-rata lagi-lagi sangat rendah: -178oC.
Berikutnya adalah Yupiter: planet
terbesar dalam tata surya, 318 kali lebih besar daripada bumi. Seperti
Saturnus, Yupiter juga planet yang dibentuk oleh gas. Karena sulit membedakan
"atmosfer" dan "permukaan" pada planet seperti ini, sulit
juga ditentukan berapa suhu "permukaan"nya, namun pada lapisan atas
atmosfer, suhu mencapai -143oC. Bentukan alam yang menarik di
atmosfernya adalah apa yang disebut "Bintik Merah Raksasa". Ini
pertama kali diketahui 300 tahun yang lalu. Ahli astronomi sekarang mengetahui
bahwa ini adalah badai yang luar biasa kuatnya yang telah berkecamuk di
atmosfer Jovian selama berabad-abad. Badai ini cukup besar untuk menelan
beberapa planet seukuran bumi. Yupiter mungkin planet yang mendebarkan, namun
bukan rumah bagi manusia, yang seketika akan tewas karena temperatur yang
membekukan, angin yang ganas, dan radiasi yang tinggi.
Lantas muncul Mars. Atmosfer planet
ini tidak mungkin mendukung kehidupan manusia sebab sebagian besar terdiri dari
karbondioksida. Seluruh permukaannya dipenuhi kawah: hasil dari tubrukan meteor
yang terus-menerus dan angin kencang yang bertiup di seluruh permukaannya, yang
dapat menimbulkan badai pasir berhari-hari bahkan ber-minggu-minggu. Suhu agak
bervariasi namun turun hingga -53oC. Telah banyak spekulasi bahwa di
Mars mungkin terdapat kehidupan, namun seluruh bukti menunjukkan bahwa planet
ini tanpa kehidupan juga.
Melesat dari Mars menuju matahari,
kita melihat planet biru yang kita putuskan untuk sementara dilewatkan, dan
menjelajah lagi. Pencarian kita membawa kita ke sebuah planet bernama Venus.
planet ini diselimuti kabut putih cemerlang namun suhu permukaannya 450oC,
yang cukup untuk melelehkan timah. Sebagian atmosfernya berupa karbon-dioksida.
Di permukaan planet, tekanan atmosfer setara dengan 90 kali tekanan atmosfer
bumi: di bumi, Anda harus menyelam satu kilometer ke dalam laut untuk
mendapatkan tekanan setinggi ini. Di atmosfernya terdapat berlapis-lapis gas
asam belerang sedalam beberapa kilometer. Tidak ada seorang pun atau kehidupan
lain yang mampu bertahan sedetik pun di tempat yang keras seperti ini.
Kita bergerak terus dan mencapai
Merkurius, dunia kecil berbatu, ditempa panas dan radiasi matahari. Rotasinya
begitu terhambat oleh kedekatannya dengan matahari, menyebabkan planet ini
melakukan hanya tiga rotasi aksial penuh selama dua kali peredaran mengelilingi
matahari. Dengan kata lain, di Merkurius, dua "tahun" sama dengan
tiga "hari". Disebabkan perputaran harian yang begitu lama, satu sisi
planet menjadi begitu panas sementara sisi lainnya begitu dingin. Perbedaan ssuhu
antara sisi siang dan sisi malam dapat mencapai 1.000o C. Tentu saja
lingkungan seperti ini tidak mungkin menopang kehidupan.
Bahkan Mars, satu-satunya planet lain di tata surya yang secara fisik mendekati bumi, tak lebih dari bola batu yang kering dan tandus. |
Ringkasnya, kita telah mengamati
delapan planet dan tidak satu pun darinya, termasuk lima puluh tiga satelitnya
menyediakan sesuatu yang mungkin menopang kehidupan. Semuanya tak lebih dari
bola gas, es atau batu tanpa kehidupan.
Namun, bagaimana dengan planet biru
yang kita lewatkan beberapa saat lalu? Ia berbeda dari yang lain. Dengan
atmosfer yang ramah, kondisi permukaan, suhu permukaan, medan magnet,
ketersediaan unsur-unsur, serta posisi pada jarak yang tepat dari matahari,
tampak seperti telah dirancang secara khusus untuk tempat hidup.
Dan, seperti yang akan kita temukan,
memang demikian adanya.
PERRMUKAAN
VENUS YANG MEMBARA
Temperatur permukaan Venus dapat
mencapai 450oC, yang cukup untuk melelehkan timah. Permukaan
planet ini mirip bola api berselimut lahar. Atmosfernya dipenuhi asam
belerang dan hujan asam belerang turun terus-menerus. Tekanan atmosfer di
permukaannya 90 kali lebih besar daripada tekanan atmosfer bumi: setara
dengan tekanan pada kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut.
|
|
Peralihan Topik Sesaat dan
Peringatan tentang "Adaptasi"
Seterusnya dalam bab ini, kita akan
mempelajari sifat-sifat bumi yang memperjelas bahwa planet kita secara khusus
telah diciptakan untuk menopang kehidupan. Namun sebelum melakukannya, kita
perlu membicarakan hal lain untuk menghindari kemungkinan kesalahpahaman.
Pembicaraan lain ini khususnya diperuntukkan bagi mereka yang terbiasa menerima
teori evolusi sebagai kebenaran ilmiah dan percaya sepenuhnya akan konsep
"adaptasi".
"Adaptasi" adalah kata
benda dari kata kerja "adapt" (menyesuaikan). "Adapt"
menyiratkan perubahan mengikuti keadaan. Sebagaimana digunakan para
evolusionis, ini berarti "perubahan suatu makhluk atau bagiannya yang membuat
keberadaannya semakin sesuai dengan kondisi lingkungan". Teori evolusi
menyatakan bahwa seluruh makhluk hidup di bumi berasal dari satu makhluk (nenek
moyang tunggal). Nenek moyang tunggal itu sendiri muncul secara kebetulan, dan
teori ini sangat sering menggunakan makna kata "adaptasi" untuk
mendukungnya.
Pendukung evolusi percaya bahwa
makhluk hidup berubah menjadi spesies baru dengan beradaptasi terhadap
lingkungan. Kita telah membahas kesalahan klaim ini, bahwa mekanisme adaptasi
makhluk hidup terhadap kondisi alam hanya terjadi dalam suatu kondisi tertentu,
dan adaptasi tidak pernah bisa mengubah suatu spesies menjadi spesies lain
dalam buku kami yang lain.55 Teori evolusi beserta konsep "adaptasi" tak lebih
merupakan bentuk lain Lamarckisme, yaitu teori evolusi makhluk hidup yang
menyatakan bahwa perubahan lingkungan menyebabkan perubahan struktur binatang
dan tumbuhan yang dapat diteruskan kepada keturunannya. Teori ini telah
dibantah kuat dan tepat oleh komunitas ilmiah.
Meskipun tidak memiliki dukungan
ilmiah, gagasan adaptasi mengesankan sebagian besar orang, dan inilah sebabnya
kami harus menyinggung hal ini sebelum melanjutkan pembahasan. Dari kepercayaan
pada kemampuan makhluk hidup untuk beradaptasi, hanya perlu selangkah lagi
untuk sampai kepada gagasan bahwa kehidupan dapat terbentuk di planet lain
seperti halnya pernah terbentuk di bumi. Kemungkinan ada makhluk kecil hijau
hidup di Pluto, yang hanya sedikit berkeringat ketika suhu mencapai -238oC, yang
menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum asam belerang, alih-alih
air, telah menggoda khayalan orang, terutama mereka yang khayalannya telah
dipupuk produk-produk studio film Hollywood.
Namun ini hanyalah bahan untuk
khayalan (serta film-film Hollywood), sedang evolusionis yang lebih mengetahui
biologi dan biokimia bahkan tidak mencoba untuk mempertahankan pernyataan
seperti itu. Mereka mengetahui dengan sangat pasti bahwa kehidupan hanya ada
jika tersedia kondisi dan unsur yang diperlukan. Jika mereka benar-benar
percaya terhadap ini semua, pendukung makhluk hijau kecil (atau bentuk
kehidupan alien lainnya) adalah mereka yang setia buta terhadap teori evolusi
dan mengabaikan bahkan dasar-dasar biologi dan biokimia. Dalam pengabaian,
mereka juga melahirkan skenario yang tidak masuk akal.
Jadi, dalam memahami kesalahan dari
konsep adaptasi, hal pertama yang patut diperhatikan adalah bahwa kehidupan
hanya ada jika terdapat kondisi dan unsur penting tertentu. Satu-satunya
model kehidupan yang berdasarkan kriteria ilmiah adalah kehidupan berbasis
karbon, dan ilmuwan sepakat bahwa tidak ada bentuk kehidupan lainnya di
manapun di alam semesta.
Karbon adalah unsur dengan nomor
atom 6 dalam tabel periodik unsur. Atom ini adalah dasar kehidupan di bumi sebab
seluruh molekul makhluk hidup (seperti asam nukleat, asam amino, protein, lemak
dan gula) dibentuk oleh kombinasi karbon dengan unsur lain dalam berbagai cara.
Karbon membentuk berjuta-juta jenis protein setelah bergabung dengan hidrogen,
oksigen, nitrogen dan lain-lain. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan
karbon. Seperti yang akan kita lihat pada bagian berikut, tak ada unsur selain
karbon yang memiliki kemampuan untuk membentuk begitu banyak rantai kimia yang
amat diperlukan oleh kehidupan.
Akibatnya, jika kehidupan dapat
terjadi di planet lain di mana pun di alam semesta, maka kehidupan ini pasti
berbasis karbon.56
Terdapat sejumlah kondisi yang
mutlak penting bagi berlangsungnya kehidupan berbasis karbon. Misalnya, senyawa
berbasis karbon (seperti protein) hanya dapat bertahan pada rentang temperatur
tertentu. Senyawa ini akan mulai terurai pada temperatur lebih dari 120oC
dan rusak tak terpulihkan jika didinginkan di bawah -20oC. Namun,
tidak hanya suhu yang berperan penting dalam penentuan batasan kondisi yang
cocok untuk keberadaan kehidupan berbasis karbon: juga jenis dan kekuatan
cahaya, kekuatan gaya gravitasi, komposisi atmosfer, dan kekuatan medan magnet.
Bumi menyediakan dengan tepat kondisi-kondisi yang memungkinkan kehidupan
tersebut. Jika bahkan satu saja keadaan diubah, misalnya suhu rata-rata
melebihi 120oC, tidak akan ada kehidupan di bumi.
Maka makhluk kecil hijau kita, yang
mungkin hanya sedikit berkeringat ketika suhu mencapai -238oC, yang
menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum asam belerang, alih-alih
air, tidak mungkin ada di mana pun karena makhluk hidup berbasis karbon tidak
mampu bertahan dalam kondisi seperti itu, dan satu-satunya kehidupan adalah
kehidupan berbasis karbon. Kehidupan hanya mungkin ada dalam lingkungan dengan
batas-batas tertentu, dan dalam kondisi yang dengan sengaja dirancang bagi
kehidupan. Ini adalah kebenaran bagi kehidupan secara umum dan bagi manusia
khususnya.
Bumi adalah lingkungan yang dengan
sengaja telah dirancang.
Suhu Bumi
Suhu dan atmosfer adalah unsur
penting pertama bagi kehidupan di bumi. planet biru ini memiliki dua hal, baik
suhu yang memungkinkan untuk hidup maupun atmosfer yang dapat digunakan makhluk
hidup untuk bernapas, khususnya bagi makhluk hidup yang kompleks seperti
manusia. Namun, dua faktor yang sama sekali berbeda ini telah ada sebagai
akibat dari kondisi yang ternyata ideal bagi keduanya.
Salah satu kondisi ideal ini adalah
jarak antara bumi dan matahari. Bumi tidak akan menjadi tempat kehidupan
seandainya lebih dekat ke matahari seperti Venus atau lebih jauh seperti
Yupiter: Molekul berbasis karbon hanya mampu bertahan pada suhu antara -20oC
dan 120oC, dan bumi satu-satunya planet dengan suhu rata-rata dalam
batas tersebut.
Ketika seseorang memandang alam
semesta sebagai suatu keseluruhan, mendapati rentang suhu sesempit ini
merupakan hal yang sangat sulit karena suhu di seluruh alam semesta bervariasi
dari beberapa juta derajat pada bintang terpanas hingga nol mutlak (-273oC).
Dalam selang suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang memungkinkan adanya
kehidupan sungguh sempit; namun bumi memilikinya.
Tidak seperti 63 planet utama beserta satelit lain dalam tata surya kita, bumi adalah satu-satunya planet yang memiliki atmosfer, suhu lingkungan dan permukaan yang cocok bagi kehidupan. Meskipun air, kebutuhan utama kehidupan, tidak ditemukan di tempat lain dalam tata surya kita, tiga perempat permukaan bumi dipenuhi air. |
Ahli geologi Amerika, Frank Press
dan Raymond Siever, menunjukkan keistimewaan suhu rata-rata di bumi. Mereka
menyatakan, "kehidupan seperti yang kita ketahui hanya mungkin terjadi
pada selang suhu yang sangat sempit. Selang suhu ini mungkin hanya 1 atau 2
persen dari selang suhu antara nol mutlak dan suhu permukaan matahari." 57
Terjaganya selang suhu ini juga
berkaitan dengan jumlah panas yang dipancarkan matahari, di samping jarak bumi
dengan matahari. Menurut perhitungan, penurunan 10% saja dari panas yang
dipancarkan matahari akan membuat permukaan bumi ditutupi lapisan es setebal
beberapa meter, dan andaikan panas yang dipancarkan matahari naik sedikit saja,
seluruh makhluk hidup akan hangus dan mati.
Tidak saja suhu rata-rata harus
ideal: Panas yang tersedia harus tersebar cukup merata ke seluruh planet.
Sejumlah kondisi khusus telah diciptakan untuk memastikan hal ini benar-benar
terjadi.
Sumbu rotasi bumi miring 23o27'
terhadapbidang ecliptic (garis edar bumi mengitari matahari). Kemiringan ini
mencegah panas berlebihan pada atmosfer di wilayah antara kutub dan
khatulistiwa, membuat suhu menjadi lebih sedang. Jika kemiringan ini tidak ada,
perubahan suhu antara kutub dan khatulistiwa akan jauh lebih tinggi dan daerah
bersuhu sedang (temperate zone) tidak akan ada atau tidak dapat ditinggali.
Kecepatan rotasi bumi pada sumbunya
juga menjaga penyebaran panas menjadi seimbang. Bumi melakukan satu rotasi
penuh dalam 24 jam menghasilkan periode pergantian terang dan gelap cukup
singkat. Karena periode ini singkat, perubahan panas antara sisi terang dan
gelap cukup rendah. Pentingnya hal ini dapat dilihat dalam contoh ekstrem
planet Merkurius, di mana siang lebih dari setahun dan perbedaan suhu antara siang
dan malam mendekati 1.000oC.
Banyak faktor yang sama sekali
berbeda seperti jarak antar bumi dan matahari, kecepatan rotasi, kemiringan
terhadap sumbu, dan bentukan alam di permukaannya, semuanya bergabung untuk
memastikan bahwa bumi kita dipanaskan dengan cara yang tepat untuk kehidupan,
dan panas ini disebarkan secara merata.
|
|
Geografi bumi juga membantu
menyebarkan panas secara merata di seluruh permukaan bumi. Terdapat perbedaan
suhu sekitar 100oC antara kutub dan khatulistiwa. Jika perbedaan suhu
sebesar ini terjadi pada daerah yang benar-benar rata, hasilnya adalah angin
dengan kecepatan mencapai 1.000 km per jam menyapu segala sesuatu yang
dilaluinya. Namun, bumi dipenuhi penghalang berupa bentukan alam yang
menghambat perpindahan cepat udara yang dihasilkan oleh perbedaan suhu itu.
Penghalang ini berupa pegunungan, seperti yang membentang antara Pasifik di
timur dan Atlantik di barat, dimulai dari Himalaya di Cina dan dilanjutkan
dengan Pegunungan Taurus di Anatolia dan Alpen di Eropa. Di laut, kelebihan
panas di daerah katulistiwa dipindahkan ke utara dan selatan berkat kemampuan
air yang luar biasa untuk menghantarkan dan melepaskan panas.
Pada saat yang sama, terdapat
sejumlah sistem otomatis yang membantu menjaga suhu atmosfer seimbang. Misalnya,
saat suhu di suatu wilayah naik, laju penguapan air akan meningkat, menyebabkan
terbentuknya awan. Awan ini memantulkan lebih banyak cahaya kembali ke angkasa,
mencegah peningkatan suhu udara dan permukaan di bawahnya.
Massa dan Medan Magnet Bumi
Ukuran bumi tidak kalah penting bagi
kehidupan daripada jarak bumi dengan matahari, kecepatan rotasi dan
bentukan-bentukan di permukaan bumi. Memperhatikan planet lain, kita melihat
rentang ukuran yang lebar: Merkurius lebih kecil daripada sepersepuluh bumi,
sementara Yupiter 318 kali lebih besar. Apakah ukuran bumi dibandingkan dengan
planet lain kebetulan? Ataukah suatu kesengajaan?
Ketika kita mengamati ukuran bumi,
dengan mudah kita melihat bawa planet kita dirancang untuk sebesar bumi ini
sekarang. Ahli geologi Amerika Frank Press dan Raymond Siever memberikan
komentar tentang "ketepatan" ukuran bumi:
Dan ukuran bumi begitu tepat-tidak terlalu kecil sehingga
kehilangan atmosfernya, karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke
angkasa, dan tidak terlalu besar sehingga gravitasinya menahan begitu banyak
atmosfer, termasuk gas yang berbahaya.58
Selain massa bumi, susunan perut
bumi juga dirancang khusus. Disebabkan intinya, bumi memiliki medan magnet kuat
yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan hidup. Menurut Press dan
Siever:
Perut bumi luar biasa besarnya,
namun merupakan mesin penghasil panas yang diseimbangkan secara rumit dengan
bahan bakar radioaktif.… Andaikan bekerja lebih lambat, aktivitas geologi akan
berjalan lebih lambat. Besi mungkin tidak mencair dan terbenam membentuk inti
cair, dan medan magnet tidak pernah terbentuk.…Andaikan lebih banyak bahan
radioaktif, dan mesin bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu telah
menghalangi matahari, sehingga atmosfer menjadi pekat mematikan, dan permukaan
bumi diguncang oleh gempa dan letusan gunung api setiap hari.59
Di pusat bumi terdapat sejenis mesin pembangkit panas yang diatur sedemikian tepat sehingga cukup kuat untuk menghasilkan medan magnet namun tidak terlalu kuat untuk menenggelamkan kerak bumi di atas lava. |
Medan magnet yang dibicarakan ahli
geologi ini berperan penting bagi kehidupan. Medan magnet ini berasal dari
struktur inti bumi. Inti bumi terdiri dari unsur-unsur berat seperti besi dan
nikel yang mampu menahan muatan magnet. Inti dalam berbentuk padat sementara
inti luar cair. Dua lapis inti bergerak saling mengitari, dan gerakan inilah
sumber medan magnet bumi. Menyebar jauh di atas permukaan, medan ini melindungi
bumi dari radiasi merusak yang berasal dari angkasa luar. Radiasi dari bintang
selain matahari tidak dapat melewati perisai ini. Sabuk Van Allen, yang medan
magnetnya merentang hingga 18.000 km dari bumi, melindungi bola ini dari energi
mematikan.
Diperkirakan bahwa awan plasma yang
terjebak Sabuk Van Allen terkadang mencapai energi yang besarnya 100 miliar
kali lebih besar daripada bom nuklir yang menimpa Hiroshima. Radiasi dari
langit mungkin sama merusaknya. Tetapi medan listrik bumi, hanya meloloskan
0,1% radiasi tersebut dan ini diserap oleh atmosfer. Energi listrik yang
diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan medan listrik sebesar ini
mencapai miliaran Ampere, sebanyak yang dibangkitkan umat manusia sepanjang
sejarah.
Jika perisai pelindung ini tidak
ada, kehidupan telah dimusnahkan oleh radiasi mematikan dari waktu ke waktu dan
mungkin tak pernah terwujud sama sekali. Namun seperti yang diungkapkan Press
dan Siever, inti bumi telah dirancang dengan tepat untuk menjaga planet ini
tetap aman.
"Dan Kami menjadikan langit itu
sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda
(kekuasaan Allah) yang terdapat padanya." (QS. Al Anbiyaa', 21: 32)
Ketepatan Atmosfer
Seperti yang kita saksikan, sifat
fisik bumi, massa, struktur, suhu, dan seterusnya begitu tepat bagi kehidupan.
Namun, sifat-sifat itu saja tidak cukup untuk memungkinkan kehidupan ada di
bumi. Faktor penting lain adalah susunan atmosfer.
Telah dikemukakan sebelumnya
bagaimana film-film fiksi-ilmiah terkadang menyesatkan orang. Salah satu
contohnya adalah betapa mudahnya petualang dan pengembara luar angkasa
menemukan planet-planet dengan atmosfer yang memungkinkan untuk bernafas:
Mereka tampaknya ada di mana-mana. Andaikan kita dapat menjelajah ruang angkasa
yang sebenarnya, kita akan menemukan ini sama sekali salah: Kemungkinan planet
lain memiliki atmosfer yang dapat dihirup untuk bernafas sangat tidak mungkin. Ini
karena atmosfer bumi telah dirancang khusus untuk menopang kehidupan dengan
sejumlah cara yang penting.
Atmosfer bumi terdiri dari 77%
nitrogen, 1% oksigen, dan 1% karbon-dioksida. Mari kita mulai dari gas yang
paling penting, yakni oksigen. Oksigen begitu penting bagi kehidupan, karena
gas ini terlibat dalam sebagian besar reaksi kimia yang melepaskan energi yang
dibutuhkan setiap makhluk hidup.
Senyawa karbon bereaksi dengan
oksigen. Hasil reaksi ini adalah air, karbondioksida, dan energi. Ikatan kecil
energi yang disebut ATP (adeno-sine triphosphate), yang digunakan oleh
sel hidup dihasilkan dari reaksi ini. Karena inilah kita selalu memerlukan
oksigen untuk hidup, dan bernafas untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Hal yang menarik dari kejadian ini
adalah bahwa kadar oksigen dalam udara yang kita hirup telah dengan tepat
disesuaikan. Michael Denton menulis tentang hal ini:
Dapatkah atmosfer mengandung lebih
banyak oksigen dan masih mampu menopang kehidupan? Tidak! Oksigen adalah unsur
yang sangat mudah bereaksi. Bahkan kandungan oksigen dalam atmosfer saat ini,
21%, adalah mendekati batas-atas keselamatan untuk kehidupan pada suhu
lingkungan. Kemungkinan kebakaran hutan tersulut naik 70% untuk setiap
penambahan 1% oksigen di atmosfer.60
Menurut ahli biokimia dari Inggris,
James Lovelock:
(Kandungan oksigen) di atas 25%,
sedikit sekali dari tumbuhan saat ini yang mampu bertahan dari amukan api yang
memusnahkan hutan hujan tropis dan padang lumut kutub.... Kandungan oksigen
saat ini adalah pada titik di mana risiko dan keuntungan tepat seimbang.61
Bahkan peningkatan 5% oksigen dalam atmosfer bumi akan menyebabkan kebakaran yang membinasakan sebagian besar hutan yang ada. |
Bahwa kadar oksigen di atmosfer saat
ini bertahan pada nilai yang tepat, adalah berkat sistem "daur ulang"
yang luar biasa: Binatang terus-menerus menghirup oksigen dan menghasilkan karbondioksida,
yang bagi mereka tidak dapat digunakan untuk bernafas. Tumbuhan melakukan tepat
sebaliknya: Mereka menghirup karbondioksida yang mereka perlukan untuk hidup,
dan sebaliknya mengeluarkan oksigen. Berkat sistem ini, kehidupan terus
berlanjut. Tumbuhan melepaskan jutaan ton oksigen ke atmosfer setiap hari.
Tanpa kerjasama dan keseimbangan
dari dua kelompok makhluk hidup yang berbeda ini, planet kita tidak mungkin
dijadikan tempat hidup. Misalnya, jika makhluk hidup hanya menghirup
karbondioksida dan melepaskan oksigen, maka atmosfer bumi akan jauh mempermudah
pembakaran daripada saat ini, dan bahkan percikan api kecil dapat menyebabkan
kebakaran yang dahsyat. Sebaliknya, jika seluruh makhluk menghirup oksigen dan
melepaskan karbondioksida, kehidupan pada akhirnya akan musnah ketika seluruh
oksigen telah habis digunakan.
Kenyataannya, atmosfer berada dalam
keadaan seimbang, di mana seperti diungkapkan Lovelock, risiko dan keuntungan
tepat seimbang.
Aspek lain dari atmosfer adalah
kerapatannya, yang telah disesuaikan dengan tepat sekali bagi kita untuk
bernafas.
"Allah menciptakan langit dan
bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi orang mukmin." (QS. Al 'Ankabuut, 29: 44)
Atmosfer dan Pernapasan
Kita bernafas setiap saat. Kita
secara terus-menerus menghirup udara ke dalam paru-paru dan mengeluarkannya.
Kita begitu sering melakukannya sampai menganggapnya hal yang biasa.
Kenyataannya, pernapasan adalah proses yang sangat rumit.
Sistem tubuh kita dirancang
sedemikian sempurna sampai kita tidak perlu memikirkan pernafasan. Tubuh kita
memperkirakan berapa banyak oksigen yang diperlukan, dan mengatur pengiriman
dengan jumlah yang tepat baik ketika kita sedang berjalan, berlari, membaca
buku, atau tidur. Penyebab begitu pentingnya pernafasan adalah karena
berjuta-juta reaksi yang harus tetap berlangsung dalam tubuh untuk menjaga
kelangsungan hidup kita, semuanya memerlukan oksigen.
Kemampuan Anda untuk membaca buku
ini adalah berkat berjuta-juta sel retina di dalam mata yang terus-menerus
dicatu dengan energi yang diturunkan dari oksigen. Demikian juga, seluruh
jaringan tubuh kita dan sel yang membentuknya memperoleh energi dari
"pembakaran" senyawa karbon oleh oksigen. Hasil pembakaran ini karbondioksida
harus dikeluarkan dari tubuh. Jika kadar oksigen dalam aliran darah turun
drastis, tubuh akan lemah; dan jika kekosongan oksigen berlangsung lebih dari
beberapa menit, akibatnya adalah kematian.
Dan itulah sebabnya kita bernafas.
Ketika kita menarik nafas, oksigen membanjiri sekitar 300 juta ruang kecil
dalam paru-paru kita. Pembuluh darah kapiler yang melekat pada ruang ini
menyerap oksigen dalam sekejap dan membawanya, mula-mula ke jantung, lantas
diteruskan ke seluruh bagian tubuh. Sel tubuh kita menggunakan oksigen ini, dan
melepaskan karbondioksida ke dalam darah, yang membawanya kembali ke paru-paru,
di mana zat ini kemudian dikeluarkan. Seluruh proses memerlukan waktu tak lebih
dari setengah detik: Oksigen "bersih" masuk dan karbon dioksida
"kotor" keluar.
Anda mungkin bertanya-tanya mengapa
ada begitu banyak (300 juta) ruang kecil dalam paru-paru. Mereka ada untuk
memperluas permukaan yang bersinggungan dengan udara. Mereka dengan hati-hati
dilipat agar menduduki tempat sekecil mungkin; andaikan tidak dilipat, hasilnya
cukup untuk menutup lapangan tenis.
Ada hal lain yang harus diingat.
Ruang kecil dalam paru-paru dan pembuluh kapiler yang melekat padanya telah
dirancang begitu kecil dan sempurna untuk meningkatkan laju pertukaran oksigen
dan karbon-dioksida. Namun rancangan yang sempurna ini bergantung kepada faktor
lain: kerapatan, viskositas (kekentalan), dan tekanan udara harus tepat agar
udara dapat bergerak masuk dan keluar paru-paru dengan benar.
Pada ketinggian sejajar permukaan
laut, tekanan udara adalah 760 mm air raksa dan kerapatannya sekitar 1
gram/liter. Masih pada ketinggian sejajar permukaan laut, viskositas udara
sekitar 50 kali dari air. Anda mungkin menganggap angka ini tidak penting namun
angka ini sangat menentukan hidup kita, sebab seperti diungkapkan Michael
Denton:
Komposisi keseluruhan dan sifat umum
dari atmosfer-kerapatannya,
viscositasnya, tekanannya, dan lain-lainnya-harus sama seperti sekarang ini,
khususnya bagi makhluk yang menghirup udara.62
Ketika bernapas, paru-paru
menggunakan energi untuk melawan gaya yang disebut "hambatan udara".
Gaya ini adalah hasil dari keengganan udara untuk berpindah. Namun berkat sifat
fisik atmosfer, hambatan ini cukup lemah sehingga paru-paru dapat menarik masuk
dan mendorong keluar udara dengan menggunakan energi minimum. Jika keengganan
udara lebih besar, paru-paru akan dipaksa untuk bekerja lebih keras agar mampu
bernapas. Ini dapat dijelaskan dengan satu contoh. Menyedot air ke dalam jarum
suntik itu mudah, namun menyedot madu jauh lebih sulit. Penyebabnya adalah madu
lebih rapat daripada air dan juga lebih kental.
Andaikan kerapatan, viskositas dan
tekanan udara lebih besar, bernapas akan sesulit menyedot madu ke dalam jarum
suntik. Seseorang mungkin mengatakan, "Itu mudah dibetulkan. Kita hanya
perlu memperbesar lubang jarum suntik untuk meningkatkan laju aliran".
Namun jika kita melakukannya, dalam kasus pembuluh kapileri dalam paru-paru,
hasilnya akan menurunkan luas permukaan yang bersinggungan dengan udara, yang
menyebabkan berkurangnya pertukaran oksigen dan karbondioksida pada waktu yang
sama, dan kebutuhan pernapasan tubuh tidak terpenuhi. Dengan kata lain, nilai
masing-masing kerapatan, viskositas dan tekanan udara harus berada dalam batas
tertentu agar dapat digunakan untuk bernafas, dan nilai-nilai tersebut dalam
udara yang kita hirup adalah nilai yang tepat.
Michael Denton mengomentari hal ini
dengan:
Sudah jelas bahwa andaikan salah
satu dari viskositas atau kerapatan udara lebih besar, hambatan udara tidak akan
memungkinkan untuk bernapas, dan tidak ada rancangan sistem pernapasan lain
yang akan mampu mengantarkan oksigen yang cukup bagi makhluk hidup yang
menghirup udara dengan metabolisme yang aktif.... Dengan memperkirakan
seluruh kemungkinan tekanan atmosfer terhadap kandungan oksigen yang mungkin,
menjadi jelas bahwa hanya ada satu wilayah unik... di mana berbagai kondisi
untuk kehidupan terpenuhi.... Ini tentunya hal yang luar biasa penting bahwa
beberapa kondisi menentukan terpenuhi pada sebuah daerah yang sempit ini dari
semua kemungkinan keadaan atmosfer.63
Nilai numerik dari atmosfer bukan
hanya kita perlukan untuk bernapas, namun menentukan bagi planet Biru kita
untuk tetap biru. Jika tekanan atmosfer di atas permukaan laut jauh lebih kecil
dari nilai sekarang, laju penguapan air akan jauh lebih tinggi. Air yang
meningkat dalam atmosfer akan mengakibatkan "efek rumah kaca" menjebak
lebih banyak panas dan meningkatkan suhu rata-rata bumi. Sebaliknya, jika
tekanan jauh lebih tinggi, laju penguapan air akan turun. (Akibatnya air di
laut tetap berada di laut, air di daratan akan mengalir ke laut), membuat
sebagian planet menjadi gurun pasir.
Seluruh keseimbangan yang diatur
dengan tepat ini menunjukkan atmosfer kita telah dengan sengaja dirancang
dengan teliti sehingga memungkinkan kehidupan di bumi. Ini adalah kenyataan
yang ditemukan dengan ilmu pengetahuan dan kembali menunjukkan kepada kita,
bahwa alam semesta bukanlah kumpulan acak materi yang terjadi secara kebetulan.
Tidak diragukan lagi terdapat Pencipta yang mengatur alam semesta, membentuk
materi sesuai kehendak-Nya, menguasai seluruh galaksi, bintang dan planet di
bawah keagungan-Nya.
Kekuasaan agung, sebagaimana Al
Quran menyebutkan kepada kita, adalah milik Allah, Penguasa seluruh semesta.
Dan planet Biru tempat kita hidup
adalah telah dirancang secara khusus dan "disempurnakan" oleh
Allah bagi manusia sebagaimana disebutkan dalam Al Quran (QS. An-Naazi'aat,
79: 30). Ada ayat lain mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan bumi bagi
manusia untuk hidup:
"Allah lah yang manjadikan bumi
bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu
membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik.
Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Mahaagung Allah, Tuhan semesta
alam." (QS. Al Mu'min, 40: 64)
"Dialah yang menjadikan bumi
itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah
sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan." (QS. Al Mulk, 67:15)
Keseimbangan yang Memungkinkan
Kehidupan
Hal-hal yang telah kita bahas sejauh
ini hanyalah sedikit dari keseimbangan rumit yang begitu menentukan bagi
kehidupan di bumi. Mempelajari bumi, kita dapat menyusun daftar "faktor
yang menentukan bagi kehidupan" sepanjang yang kita mau. Ahli astronomi
Amerika membuat daftarnya sendiri:
Gravitasi di Permukaan:
- Jika lebih kuat: atmosfer menahan
terlalu banyak amonia dan methana.
- Jika lebih lemah: atmosfer planet
akan terlalu banyak kehilangan air.
Jarak dengan Bintang Induk
(Matahari):
- Jika lebih jauh: planet akan
terlalu dingin bagi siklus air yang stabil.
- Jika lebih dekat: planet akan
terlalu panas bagi siklus air yang stabil.
Ketebalan Kerak Bumi:
- Jika lebih tebal: terlalu banyak
oksigen berpindah dari atmosfer ke kerak bumi.
- Jika lebih tipis: aktivitas
tektonik dan vulkanik akan terlalu besar.
Periode Rotasi:
- Jika lebih lama: perbedaan suhu
pada siang dan malam hari terlalu besar.
- Jika lebih cepat: kecepatan angin
pada atmosfer terlalu tinggi.
Interaksi Gravitasi dengan Bulan:
- Jika lebih besar: efek
pasang-surut pada laut, atmosfer dan periode rotasi semakin merusak.
- Jika lebih kecil: perubahan tidak
langsung pada orbit menyebabkan ketidakstabilan iklim.
Medan Magnet:
- Jika lebih kuat: badai
elektromagnetik terlalu merusak.
- Jika lebih lemah: kurang
perlindungan dari radiasi yang membahayakan dari bintang.
Albedo (Perbandingan antara cahaya
yang dipantulkan dengan yang diterima pada permukaan):
- Jika lebih besar: zaman es tak
terkendali akan terjadi.
- Jika lebih kecil: efek rumah kaca
tak terkendali akan terjadi.
Perbandingan Oksigen dengan Nitrogen
di Atmosfer:
- Jika lebih besar: fungsi hidup
yang maju berjalan terlalu cepat.
- Jika lebih kecil: fungsi hidup
yang maju berjalan terlalu lambat.
Kadar Karbondioksida dan Uap Air
dalam Atmosfer:
- Jika lebih besar: efek rumah kaca
tak terkendali akan terjadi.
- Jika lebih kecil: efek rumah kaca
tidak memadai.
Kadar Ozon dalam Atmosfer:
- Jika lebih besar: suhu permukaan
bumi terlalu rendah.
- Jika lebih kecil: suhu permukaan
bumi terlalu tinggi; terlalu banyak radiasi ultraviolet.
Aktivitas Gempa:
- Jika lebih besar: terlalu banyak
makhluk hidup binasa.
- Jika lebih kecil: bahan makanan di
dasar laut (yang dihanyutkan aliran sungai) tidak akan didaur ulang ke daratan
melalui pengangkatan tektonik.64
Ini hanya sebagian "keputusan
rancangan" yang harus dibuat agar kehidupan ada dan bertahan. Namun
sesedikit ini pun cukup untuk menunjukkan bahwa keberadaan bumi bukan karena
kebetulan, tidak juga terbentuk oleh serangkaian kejadian acak.
Hal tersebut dan detail lain yang
tak berhingga meyakinkan kembali kebenaran yang sederhana dan murni: Allah dan
hanya Allah yang menciptakan alam semesta, bintang, planet, pegunungan, dan
laut dengan sempurna, memberikan kehidupan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya,
dan menempatkan ciptaan-Nya di bawah kendali manusia. Allah dan hanya Allah,
sumber pengampunan dan kekuasaan, cukup berkekuatan untuk menciptakan sesuatu
dari kehampaan.
Ciptaan Allah yang sempurna ini
dijelaskan dalam Al Quran sebagai:
"Apakah kamu yang lebih sulit
penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan
bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita
dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.
Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu
dan binatang-binatang ternakmu." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-33)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar