Senin, 04 November 2013

pembentukan benua

PERKEMBANGAN BUMI

Bumi adalah sebuah bola batu yang tertutup oleh air dan dibungkus oleh lapisan gas yang tipis. Kira-kira 280-225 juta tahun lalu semua benua masih tergabung dalam satu daratan yang sangat luas yang disebut dengan Pangea. Lalu sekitar 200 juta tahun yang lalu pangea terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland dan Laurasia. Gondwanaland kemudian terbelah membentuk benua afrika,  antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub benua India. Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya.


Berdasarkan penyusunannya, lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan mesosfer. Litosfer adalah lapisan paling luar bumi yang memiliki ketebalan kira-kira 100 km dan terdiri dari kerak bumi dan bagian atas mantel. Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik (lempeng benua dan lempeng samudera) yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.

Lempeng lempeng tersebut bergerak satu sama lain dengan kecepatan yang berbeda-beda, yaitu sekitar  2-7cm/tahun. Pergerakan lempeng ini terjadi akibat adanya penjalaran arus panas dari inti bumi ke mantel bumi yang disebut dengan arus konveksi. Pergerakan lempeng ini tidak dapat kita rasakan. Selain itu terjadi pula interaksi yang menyebabkan kejadian-kejadian geologi seperti pembentukan gunungapi, gempabumi, pembentukan batuan, dll.

LEMPENG
Ada enam lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Afrika, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Lempeng-lempeng tersebut bergerak saling mendekat dan menjauh. Antara satu lempeng dengan lempeng lainnya yang berdampingan akan terjadi interaksi pada batas lempengnya. 


Ada 3 jenis interaksi yang terjadi yaitu Divergen, Konvergen dan Transform. Divergen terjadi apabila dua buah lempeng atau lebih saling menjauh, sementara Konvergen terjadi ketika dua buah lempeng saling mendekat. Proses Konvergen akan mengakibatkan tabrakan atau tumbukan diantara lempeng-lempeng yang dikenal sebagai Subduksi dan Kolisi.

Subduksi terjadi ketika ada interaksi antara lempeng samudra dengan lempeng samudra atau antara lempeng samudra dengan lempeng benua dimana dalam proses yang terakhir ini akan menyebabkan lempeng samudera akan menunjam kebawah lempeng benua karena berat jenis lempeng samudera lebih berat dari lempeng benua.


Sementara Kolisi terjadi apabila lempeng benua bertemu dengan lempeng benua. Karena keduanya memiliki berat jenis yang ringan, maka lempeng tersebut tidak ada yang tertunjam. Proses ini mengakibatkan pembentukan pegunungan lipatan yang biasanya sangat tinggi.

Sedangkan Transform terjadi apabila dua lempeng yang saling berpapasan atau bersinggungan. Biasanya batas ini terjadi karena batas konvergen yang tidak lurus.

Sebelum membacanya lebih lanjut, ada baiknya perhatikan juga ayat-ayat qur’an di bawah ini:

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.(QS 27 - an-Naml:88).

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu . (QS 16 - an-Nahl: 15).


GEMPABUMI
Karena perbenturan lempeng ini terjadi sepanjang waktu dan pada saat batas elastisitas gerakan lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbukan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempabumi.

Hasil dari proses patahnya lempeng bumi ketika sudah tidak kuat menerima dorongan dari yang lainnya itu disebut Sesar. Sesar dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu sesar naik (thrust fault), sesar normal (normal fault) dan sesar mendatar/geser (Strike Slip, Wrench Fault)

Patahan atau sesar ini merupakan perpanjangan gaya yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan lempeng utama. Selama lempeng terus bergerak, selama itu pula gempabumi terjadi. Dengan demikian, sebetulnya gempabumi dapat terjadi setiap saat. Setiap hari terjadi gempabumi puluhan bahkan ratusan kali di berbagai wilayah di belahan dunia ini.

Tapi mengapa kita hanya dapat merasakannya sewaktu-waktu?
Hal itu disebabkan karena tidak semua getaran partikel atau gelombang gempabumi itu dapat kita rasakan.

Pengalaman saya 3 kali berkunjung beberapa kali ke Badan Meteorologi dan Geofisika Mata Ie, di Aceh membuktikan itu.  Waktu itu saya datang bersama beberapa orang teman dan kru film dalam rangka pembuatan scientific film tentang gempabumi untuk anak-anak sekolah dasar.

Di ketiga kunjungan itu, saya selalu menemukan informasi di atas kertas seismogram bahwa pada hari itu, jam sebelum kedatangan kami telah terjadi gempabumi. Kunjungan pertama dan kedua sekitar atau kurang lebih 3 SR (saya lupa pastinya, dan sayangnya ketika itu kami lupa mengambil gambarnya) dan kunjungan yang ke 3 (gambar bawah) adalah hasil rekaman seismogram atas gempabumi yang terjadi sekitar jam 6 pagi dengan kekuatan sekitar 4 SR lebih. Tidak ada satu orangpun diantara kami yang ketika ditanya merasakan getaran gempabumi tersebut, baik yang saat itu sudah terbangun atau masih tidur.

 Sumber: ManGeoNAD - BGR

Sementara bila dibandingkan dengan gambar di bawah ini yang menunjukkan rekaman getaran gempabumi 26 Desember 2004. Begitu kuatnya getaran sehingga menyebabkan kertas seismogram yang terpasang pada drum-drum di alat seismograf menjadi rusak atau robek.


Sumber: ManGeoNAD - BGR

Melihat dua gambar di atas, tentunya kita semua sudah dapat melihat dan membandingkan juga membayangkan kalau memang tidak semua gempabumi dapat kita rasakan. Berikut informasi terkait kekuatan atau magnitude gempabumi yang mudah-mudahan berguna untuk kita semua dalam mencermati dan mensikapi gempabumi: 
  
Magnitude
Penjelasan
1 - 3
Tercatat oleh seismograf, tetapi umumnya tidak terasa
3 - 4
Tercatat oleh seismograf, kadang-kadang terasa, tidak ada kerusakan
5
Tercatat oleh seismograf, terasa pada wilayah yang cukup luas dari daerah sumber gempa, kerusakan ringan di dekat pusat gempa
6
Tercatat oleh seismograf, terasa pada wilayah yang cukup luas dari daerah sumber gempa, kerusakan bangunan dengan struktur konstruksi bangunan yang buruk pada jarak kurang dari 10 km dari pusat gempa
7
Tergolong gempa”cukup besar” tercatat oleh seismograf, terasa pada wilayah yang cukup luas dari daerah sumber gempa, menyebabkan kerusakan cukup serius sampai jarak 100 km dari pusat gempa
8
Tergolong “gempa besar”  tercatat oleh seismograf, terasa pada wilayah yang cukup luas dari daerah sumber gempa, kerusakan serius  hingga jarak diatas 100 km dari pusat gempa
9
Gempa “sangat besar”, tercatat oleh seismograf, terasa pada wilayah yang cukup luas dari daerah sumber gempa, kerusakan parah hingga 1000 km dari pusat gempa
Sumber : Geological Survey of Canada


KERAWANAN WILAYAH INDONESIA TERHADAP GEMPABUMI
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan.

Tumbukan lempeng di lepas pantai Pulau Sumatera bersifat oblique (menyerong) yang menghasilkan sesar besar, yaitu Sesar Sumatera (Sumatera Fault) yang memanjang dari Aceh sampai Lampung. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempabumi.


Gempabumi dengan kekuatan di atas 6,5 SR dapat memicu terjadinya tsunami, yaitu gelombang besar yang terjadi karena adanya gangguan pada air laut akibat terjadinya perubahan bentuk laut secara tiba-tiba. Penyebabnya dapat berasal dari empat sumber, yaitu: Gempabumi, letusan gunung berapi yang berada di bawah permukaan laut, dan longsoran yang terjadi di dasar laut serta jatuhnya benda langit ke dasar laut.

Dari keempat penyebab timbulnya tsunami, gempa merupakan penyebab utama.
Besar kecilnya gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa yang menyebabkannya.
Gempa yang menimbulkan tsunami membutuhkan empat syarat
1.       Pusat gempabumi berada di laut
2.       Bermagnitudo besar. Yang dimaksud dengan gempa berkategori besar adalah yang berkekuatan lebih dari 6,5 skala Richter
3.       Tegolong gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 33 kilometer dari permukaan bumi.
4.       Terjadi dislokasi (perpindahan lokasi) permukaan laut yang besar


Gelombang tsunami menyebar ke segala arah dari sumber terjadinya dan bergerak menjalar menyeberangi lautan. Gelombang ini mirip dengan gelombang melingkar yang dihasilkan ketika kita menjatuhkan batu ke air. Biasanya gelombang awal tidak terlalu besar dan berbahaya. Tapi gelombang setelah itu akan lebih besar. Semakin dalam dasar laut yang berada di dekat pantai maka semakin kecil gelombang yang datang memecah pantai. Demikian sebaliknya, semakin dangkal dasar laut di dekat pantai maka akan semakin tinggi gelombang-gelombang yang dihasilkan.


Tinggi gelombang tsunami yang dilaut hanya 1-2 meter, saat mendekati pantai dapat mencapai tinggi puluhan meter. Tinggi tsunami akan  maksimum pada pantai dengan morfologi landai dan berlekuk seperti teluk muara sungai. Kehilangan energi saat mendekati pantai akibat berkurangnya kecepatan ini akan dipindahkan dalam bentuk pembesaran tinggi gelombang. Akibatnya, panjang gelombang di laut dangkal memendek dan menimbulkan gelombang yang lebih tinggi.

Kerusakan yang terjadi setelah tsunami biasanya tidak semata-mata akibat terjangan gelombang itu sendiri. Pada umumnya setelah gempabumi dengan kekuatan besar terjadi, beberapa bangunan dan sarana vital lainnya yang dibangun dengan tidak mematuhi standar konstruksi yang benar akan rusak dan bahkan rubuh. Ketika gelombang tsunami sampai ke daratan, ia akan membawa runtuhan material-material ini beserta segala yang ada di hadapannya.

Secara umum akibat terjangan gelombang tsunami di kawasan pesisir pantai dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:
         Posisi garis pantai terhadap sumber gelombang. Pantai yang berhadapan langsung dengan sumber gelombang akan mengalami kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak langsung.
         Daratan yang rata akan lebih parah dibandingkan dengan daratan yang tinggi
         Wilayah pantai yang memiliki tebing akan memiliki tingkat kerusakan yang lebih rendah karena gelombang tsunami akan dihambat oleh tebing (sea cliff)
         Wilayah pantai yang memiliki vegetasi pelindung pantai seperti tumbuhan mangrove akan lebih terlindung dari gelombang tsunami.

Planet Biru



PLANET BIRU

Bumi, beserta atmosfer dan lautannya, beserta biosfernya yang rumit, beserta kerak yang terbentuk dari bekuan batuan metamorfik berlapis-lapis, yang relatif teroksidasi, kaya akan silika, dan menyelimuti [lapisan dan inti yang terdiri dari magnesium silikat] biji besi, beserta puncak salju, gurun pasir, hutan, padang lumut, rimba belantara, padang rumput, danau air tawar, padang batubara, kantong minyak, gunung api, lubang lahar, pabrik, mobil, tanaman, binatang, medan magnet, ionosfer, pegunungan di tengah laut, lapisan penyangga...merupakan sistem dengan kerumitan mencengangkan.
(J. S. Lewis, Ahli Geologi dari Amerika)
54

Petualang luar angkasa khayalan, dari planet di angkasa nun jauh di sana, ketika mendekati tata surya akan menjumpai pemandangan yang sangat menarik. Bayangkan bahwa kita adalah pengembara seperti itu, dan kita sedang menghampiri bidang edar planet terhadap matahari sebuah lingkaran raksasa pada bola langit di mana seluruh planet utama dalam tata surya kita bergerak.
Planet pertama yang dijumpai adalah Pluto.
Planet ini sangat dingin, dengan suhu sekitar -238oC. Atmosfernya tipis dan akan berbentuk gas jika planet ini berada hanya sedikit lebih dekat ke matahari pada orbitnya yang berbentuk agak elips. Lain saat, atmosfernya menjadi lapisan es. Pluto, ringkasnya, adalah bola tanpa kehidupan yang diselimuti es.
Bergerak mendekat matahari, Anda akan menjumpai Neptunus. Planet ini dingin juga, sekitar -218oC. Atmosfernya terdiri dari hidrogen, helium, dan metan, beracun bagi kehidupan. Angin yang bertiup kencang, mendekati 2.000 km per jam, bergemuruh di seluruh permukaan planet.
Lantas Uranus: planet gas yang pada permukaannya terdapat batuan dan es. Suhu permukaannya adalah -214oC dan atmosfernya, lagi-lagi, terdiri dari hidrogen, helium, dan metan tak cocok bagi kehidupan manusia.
Setelah Uranus, Anda mendekati Saturnus. Ini adalah planet terbesar kedua dalam tata surya, dan terutama terkenal dengan sistem berbentuk cincin yang mengitarinya. Cincin ini terdiri dari gas, batuan, dan es. Salah satu dari sekian banyak hal menarik tentang Saturnus adalah planet ini seluruhnya terdiri dari gas: 75% hidrogen dan 25% helium, dan kerapatannya kurang daripada kerapatan air. Jika Anda ingin "mendaratkan" pesawat di Saturnus, Anda sebaiknya merancang pesawat Anda agar bisa seperti pelampung! Suhu rata-rata lagi-lagi sangat rendah: -178oC.
Berikutnya adalah Yupiter: planet terbesar dalam tata surya, 318 kali lebih besar daripada bumi. Seperti Saturnus, Yupiter juga planet yang dibentuk oleh gas. Karena sulit membedakan "atmosfer" dan "permukaan" pada planet seperti ini, sulit juga ditentukan berapa suhu "permukaan"nya, namun pada lapisan atas atmosfer, suhu mencapai -143oC. Bentukan alam yang menarik di atmosfernya adalah apa yang disebut "Bintik Merah Raksasa". Ini pertama kali diketahui 300 tahun yang lalu. Ahli astronomi sekarang mengetahui bahwa ini adalah badai yang luar biasa kuatnya yang telah berkecamuk di atmosfer Jovian selama berabad-abad. Badai ini cukup besar untuk menelan beberapa planet seukuran bumi. Yupiter mungkin planet yang mendebarkan, namun bukan rumah bagi manusia, yang seketika akan tewas karena temperatur yang membekukan, angin yang ganas, dan radiasi yang tinggi.
Lantas muncul Mars. Atmosfer planet ini tidak mungkin mendukung kehidupan manusia sebab sebagian besar terdiri dari karbondioksida. Seluruh permukaannya dipenuhi kawah: hasil dari tubrukan meteor yang terus-menerus dan angin kencang yang bertiup di seluruh permukaannya, yang dapat menimbulkan badai pasir berhari-hari bahkan ber-minggu-minggu. Suhu agak bervariasi namun turun hingga -53oC. Telah banyak spekulasi bahwa di Mars mungkin terdapat kehidupan, namun seluruh bukti menunjukkan bahwa planet ini tanpa kehidupan juga.
Melesat dari Mars menuju matahari, kita melihat planet biru yang kita putuskan untuk sementara dilewatkan, dan menjelajah lagi. Pencarian kita membawa kita ke sebuah planet bernama Venus. planet ini diselimuti kabut putih cemerlang namun suhu permukaannya 450oC, yang cukup untuk melelehkan timah. Sebagian atmosfernya berupa karbon-dioksida. Di permukaan planet, tekanan atmosfer setara dengan 90 kali tekanan atmosfer bumi: di bumi, Anda harus menyelam satu kilometer ke dalam laut untuk mendapatkan tekanan setinggi ini. Di atmosfernya terdapat berlapis-lapis gas asam belerang sedalam beberapa kilometer. Tidak ada seorang pun atau kehidupan lain yang mampu bertahan sedetik pun di tempat yang keras seperti ini.
Kita bergerak terus dan mencapai Merkurius, dunia kecil berbatu, ditempa panas dan radiasi matahari. Rotasinya begitu terhambat oleh kedekatannya dengan matahari, menyebabkan planet ini melakukan hanya tiga rotasi aksial penuh selama dua kali peredaran mengelilingi matahari. Dengan kata lain, di Merkurius, dua "tahun" sama dengan tiga "hari". Disebabkan perputaran harian yang begitu lama, satu sisi planet menjadi begitu panas sementara sisi lainnya begitu dingin. Perbedaan ssuhu antara sisi siang dan sisi malam dapat mencapai 1.000o C. Tentu saja lingkungan seperti ini tidak mungkin menopang kehidupan.

Bahkan Mars, satu-satunya planet lain di tata surya yang secara fisik mendekati bumi, tak lebih dari bola batu yang kering dan tandus.

Ringkasnya, kita telah mengamati delapan planet dan tidak satu pun darinya, termasuk lima puluh tiga satelitnya menyediakan sesuatu yang mungkin menopang kehidupan. Semuanya tak lebih dari bola gas, es atau batu tanpa kehidupan.
Namun, bagaimana dengan planet biru yang kita lewatkan beberapa saat lalu? Ia berbeda dari yang lain. Dengan atmosfer yang ramah, kondisi permukaan, suhu permukaan, medan magnet, ketersediaan unsur-unsur, serta posisi pada jarak yang tepat dari matahari, tampak seperti telah dirancang secara khusus untuk tempat hidup.
Dan, seperti yang akan kita temukan, memang demikian adanya.
PERRMUKAAN VENUS YANG MEMBARA
Temperatur permukaan Venus dapat mencapai 450oC, yang cukup untuk melelehkan timah. Permukaan planet ini mirip bola api berselimut lahar. Atmosfernya dipenuhi asam belerang dan hujan asam belerang turun terus-menerus. Tekanan atmosfer di permukaannya 90 kali lebih besar daripada tekanan atmosfer bumi: setara dengan tekanan pada kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut.


Peralihan Topik Sesaat dan Peringatan tentang "Adaptasi"
Seterusnya dalam bab ini, kita akan mempelajari sifat-sifat bumi yang memperjelas bahwa planet kita secara khusus telah diciptakan untuk menopang kehidupan. Namun sebelum melakukannya, kita perlu membicarakan hal lain untuk menghindari kemungkinan kesalahpahaman. Pembicaraan lain ini khususnya diperuntukkan bagi mereka yang terbiasa menerima teori evolusi sebagai kebenaran ilmiah dan percaya sepenuhnya akan konsep "adaptasi".
"Adaptasi" adalah kata benda dari kata kerja "adapt" (menyesuaikan). "Adapt" menyiratkan perubahan mengikuti keadaan. Sebagaimana digunakan para evolusionis, ini berarti "perubahan suatu makhluk atau bagiannya yang membuat keberadaannya semakin sesuai dengan kondisi lingkungan". Teori evolusi menyatakan bahwa seluruh makhluk hidup di bumi berasal dari satu makhluk (nenek moyang tunggal). Nenek moyang tunggal itu sendiri muncul secara kebetulan, dan teori ini sangat sering menggunakan makna kata "adaptasi" untuk mendukungnya.
Pendukung evolusi percaya bahwa makhluk hidup berubah menjadi spesies baru dengan beradaptasi terhadap lingkungan. Kita telah membahas kesalahan klaim ini, bahwa mekanisme adaptasi makhluk hidup terhadap kondisi alam hanya terjadi dalam suatu kondisi tertentu, dan adaptasi tidak pernah bisa mengubah suatu spesies menjadi spesies lain dalam buku kami yang lain.55 Teori evolusi beserta konsep "adaptasi" tak lebih merupakan bentuk lain Lamarckisme, yaitu teori evolusi makhluk hidup yang menyatakan bahwa perubahan lingkungan menyebabkan perubahan struktur binatang dan tumbuhan yang dapat diteruskan kepada keturunannya. Teori ini telah dibantah kuat dan tepat oleh komunitas ilmiah.
Meskipun tidak memiliki dukungan ilmiah, gagasan adaptasi mengesankan sebagian besar orang, dan inilah sebabnya kami harus menyinggung hal ini sebelum melanjutkan pembahasan. Dari kepercayaan pada kemampuan makhluk hidup untuk beradaptasi, hanya perlu selangkah lagi untuk sampai kepada gagasan bahwa kehidupan dapat terbentuk di planet lain seperti halnya pernah terbentuk di bumi. Kemungkinan ada makhluk kecil hijau hidup di Pluto, yang hanya sedikit berkeringat ketika suhu mencapai -238oC, yang menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum asam belerang, alih-alih air, telah menggoda khayalan orang, terutama mereka yang khayalannya telah dipupuk produk-produk studio film Hollywood.
Namun ini hanyalah bahan untuk khayalan (serta film-film Hollywood), sedang evolusionis yang lebih mengetahui biologi dan biokimia bahkan tidak mencoba untuk mempertahankan pernyataan seperti itu. Mereka mengetahui dengan sangat pasti bahwa kehidupan hanya ada jika tersedia kondisi dan unsur yang diperlukan. Jika mereka benar-benar percaya terhadap ini semua, pendukung makhluk hijau kecil (atau bentuk kehidupan alien lainnya) adalah mereka yang setia buta terhadap teori evolusi dan mengabaikan bahkan dasar-dasar biologi dan biokimia. Dalam pengabaian, mereka juga melahirkan skenario yang tidak masuk akal.
Jadi, dalam memahami kesalahan dari konsep adaptasi, hal pertama yang patut diperhatikan adalah bahwa kehidupan hanya ada jika terdapat kondisi dan unsur penting tertentu. Satu-satunya model kehidupan yang berdasarkan kriteria ilmiah adalah kehidupan berbasis karbon, dan ilmuwan sepakat bahwa tidak ada bentuk kehidupan lainnya di manapun di alam semesta.
Karbon adalah unsur dengan nomor atom 6 dalam tabel periodik unsur. Atom ini adalah dasar kehidupan di bumi sebab seluruh molekul makhluk hidup (seperti asam nukleat, asam amino, protein, lemak dan gula) dibentuk oleh kombinasi karbon dengan unsur lain dalam berbagai cara. Karbon membentuk berjuta-juta jenis protein setelah bergabung dengan hidrogen, oksigen, nitrogen dan lain-lain. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan karbon. Seperti yang akan kita lihat pada bagian berikut, tak ada unsur selain karbon yang memiliki kemampuan untuk membentuk begitu banyak rantai kimia yang amat diperlukan oleh kehidupan.
Akibatnya, jika kehidupan dapat terjadi di planet lain di mana pun di alam semesta, maka kehidupan ini pasti berbasis karbon.56
Terdapat sejumlah kondisi yang mutlak penting bagi berlangsungnya kehidupan berbasis karbon. Misalnya, senyawa berbasis karbon (seperti protein) hanya dapat bertahan pada rentang temperatur tertentu. Senyawa ini akan mulai terurai pada temperatur lebih dari 120oC dan rusak tak terpulihkan jika didinginkan di bawah -20oC. Namun, tidak hanya suhu yang berperan penting dalam penentuan batasan kondisi yang cocok untuk keberadaan kehidupan berbasis karbon: juga jenis dan kekuatan cahaya, kekuatan gaya gravitasi, komposisi atmosfer, dan kekuatan medan magnet. Bumi menyediakan dengan tepat kondisi-kondisi yang memungkinkan kehidupan tersebut. Jika bahkan satu saja keadaan diubah, misalnya suhu rata-rata melebihi 120oC, tidak akan ada kehidupan di bumi.
Maka makhluk kecil hijau kita, yang mungkin hanya sedikit berkeringat ketika suhu mencapai -238oC, yang menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum asam belerang, alih-alih air, tidak mungkin ada di mana pun karena makhluk hidup berbasis karbon tidak mampu bertahan dalam kondisi seperti itu, dan satu-satunya kehidupan adalah kehidupan berbasis karbon. Kehidupan hanya mungkin ada dalam lingkungan dengan batas-batas tertentu, dan dalam kondisi yang dengan sengaja dirancang bagi kehidupan. Ini adalah kebenaran bagi kehidupan secara umum dan bagi manusia khususnya.
Bumi adalah lingkungan yang dengan sengaja telah dirancang.

Suhu Bumi
Suhu dan atmosfer adalah unsur penting pertama bagi kehidupan di bumi. planet biru ini memiliki dua hal, baik suhu yang memungkinkan untuk hidup maupun atmosfer yang dapat digunakan makhluk hidup untuk bernapas, khususnya bagi makhluk hidup yang kompleks seperti manusia. Namun, dua faktor yang sama sekali berbeda ini telah ada sebagai akibat dari kondisi yang ternyata ideal bagi keduanya.
Salah satu kondisi ideal ini adalah jarak antara bumi dan matahari. Bumi tidak akan menjadi tempat kehidupan seandainya lebih dekat ke matahari seperti Venus atau lebih jauh seperti Yupiter: Molekul berbasis karbon hanya mampu bertahan pada suhu antara -20oC dan 120oC, dan bumi satu-satunya planet dengan suhu rata-rata dalam batas tersebut.
Ketika seseorang memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan, mendapati rentang suhu sesempit ini merupakan hal yang sangat sulit karena suhu di seluruh alam semesta bervariasi dari beberapa juta derajat pada bintang terpanas hingga nol mutlak (-273oC). Dalam selang suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang memungkinkan adanya kehidupan sungguh sempit; namun bumi memilikinya.


Tidak seperti 63 planet utama beserta satelit lain dalam tata surya kita, bumi adalah satu-satunya planet yang memiliki atmosfer, suhu lingkungan dan permukaan yang cocok bagi kehidupan. Meskipun air, kebutuhan utama kehidupan, tidak ditemukan di tempat lain dalam tata surya kita, tiga perempat permukaan bumi dipenuhi air.
Ahli geologi Amerika, Frank Press dan Raymond Siever, menunjukkan keistimewaan suhu rata-rata di bumi. Mereka menyatakan, "kehidupan seperti yang kita ketahui hanya mungkin terjadi pada selang suhu yang sangat sempit. Selang suhu ini mungkin hanya 1 atau 2 persen dari selang suhu antara nol mutlak dan suhu permukaan matahari." 57
Terjaganya selang suhu ini juga berkaitan dengan jumlah panas yang dipancarkan matahari, di samping jarak bumi dengan matahari. Menurut perhitungan, penurunan 10% saja dari panas yang dipancarkan matahari akan membuat permukaan bumi ditutupi lapisan es setebal beberapa meter, dan andaikan panas yang dipancarkan matahari naik sedikit saja, seluruh makhluk hidup akan hangus dan mati.
Tidak saja suhu rata-rata harus ideal: Panas yang tersedia harus tersebar cukup merata ke seluruh planet. Sejumlah kondisi khusus telah diciptakan untuk memastikan hal ini benar-benar terjadi.
Sumbu rotasi bumi miring 23o27' terhadapbidang ecliptic (garis edar bumi mengitari matahari). Kemiringan ini mencegah panas berlebihan pada atmosfer di wilayah antara kutub dan khatulistiwa, membuat suhu menjadi lebih sedang. Jika kemiringan ini tidak ada, perubahan suhu antara kutub dan khatulistiwa akan jauh lebih tinggi dan daerah bersuhu sedang (temperate zone) tidak akan ada atau tidak dapat ditinggali.
Kecepatan rotasi bumi pada sumbunya juga menjaga penyebaran panas menjadi seimbang. Bumi melakukan satu rotasi penuh dalam 24 jam menghasilkan periode pergantian terang dan gelap cukup singkat. Karena periode ini singkat, perubahan panas antara sisi terang dan gelap cukup rendah. Pentingnya hal ini dapat dilihat dalam contoh ekstrem planet Merkurius, di mana siang lebih dari setahun dan perbedaan suhu antara siang dan malam mendekati 1.000oC.

Banyak faktor yang sama sekali berbeda seperti jarak antar bumi dan matahari, kecepatan rotasi, kemiringan terhadap sumbu, dan bentukan alam di permukaannya, semuanya bergabung untuk memastikan bahwa bumi kita dipanaskan dengan cara yang tepat untuk kehidupan, dan panas ini disebarkan secara merata.

Geografi bumi juga membantu menyebarkan panas secara merata di seluruh permukaan bumi. Terdapat perbedaan suhu sekitar 100oC antara kutub dan khatulistiwa. Jika perbedaan suhu sebesar ini terjadi pada daerah yang benar-benar rata, hasilnya adalah angin dengan kecepatan mencapai 1.000 km per jam menyapu segala sesuatu yang dilaluinya. Namun, bumi dipenuhi penghalang berupa bentukan alam yang menghambat perpindahan cepat udara yang dihasilkan oleh perbedaan suhu itu. Penghalang ini berupa pegunungan, seperti yang membentang antara Pasifik di timur dan Atlantik di barat, dimulai dari Himalaya di Cina dan dilanjutkan dengan Pegunungan Taurus di Anatolia dan Alpen di Eropa. Di laut, kelebihan panas di daerah katulistiwa dipindahkan ke utara dan selatan berkat kemampuan air yang luar biasa untuk menghantarkan dan melepaskan panas.
Pada saat yang sama, terdapat sejumlah sistem otomatis yang membantu menjaga suhu atmosfer seimbang. Misalnya, saat suhu di suatu wilayah naik, laju penguapan air akan meningkat, menyebabkan terbentuknya awan. Awan ini memantulkan lebih banyak cahaya kembali ke angkasa, mencegah peningkatan suhu udara dan permukaan di bawahnya.

Massa dan Medan Magnet Bumi
Ukuran bumi tidak kalah penting bagi kehidupan daripada jarak bumi dengan matahari, kecepatan rotasi dan bentukan-bentukan di permukaan bumi. Memperhatikan planet lain, kita melihat rentang ukuran yang lebar: Merkurius lebih kecil daripada sepersepuluh bumi, sementara Yupiter 318 kali lebih besar. Apakah ukuran bumi dibandingkan dengan planet lain kebetulan? Ataukah suatu kesengajaan?
Ketika kita mengamati ukuran bumi, dengan mudah kita melihat bawa planet kita dirancang untuk sebesar bumi ini sekarang. Ahli geologi Amerika Frank Press dan Raymond Siever memberikan komentar tentang "ketepatan" ukuran bumi:
Dan ukuran bumi begitu tepat-tidak terlalu kecil sehingga kehilangan atmosfernya, karena gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke angkasa, dan tidak terlalu besar sehingga gravitasinya menahan begitu banyak atmosfer, termasuk gas yang berbahaya.58
Selain massa bumi, susunan perut bumi juga dirancang khusus. Disebabkan intinya, bumi memiliki medan magnet kuat yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan hidup. Menurut Press dan Siever:
Perut bumi luar biasa besarnya, namun merupakan mesin penghasil panas yang diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radioaktif.… Andaikan bekerja lebih lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat. Besi mungkin tidak mencair dan terbenam membentuk inti cair, dan medan magnet tidak pernah terbentuk.…Andaikan lebih banyak bahan radioaktif, dan mesin bekerja lebih cepat, gas dan debu vulkanik tentu telah menghalangi matahari, sehingga atmosfer menjadi pekat mematikan, dan permukaan bumi diguncang oleh gempa dan letusan gunung api setiap hari.59

Di pusat bumi terdapat sejenis mesin pembangkit panas yang diatur sedemikian tepat sehingga cukup kuat untuk menghasilkan medan magnet namun tidak terlalu kuat untuk menenggelamkan kerak bumi di atas lava.
Medan magnet yang dibicarakan ahli geologi ini berperan penting bagi kehidupan. Medan magnet ini berasal dari struktur inti bumi. Inti bumi terdiri dari unsur-unsur berat seperti besi dan nikel yang mampu menahan muatan magnet. Inti dalam berbentuk padat sementara inti luar cair. Dua lapis inti bergerak saling mengitari, dan gerakan inilah sumber medan magnet bumi. Menyebar jauh di atas permukaan, medan ini melindungi bumi dari radiasi merusak yang berasal dari angkasa luar. Radiasi dari bintang selain matahari tidak dapat melewati perisai ini. Sabuk Van Allen, yang medan magnetnya merentang hingga 18.000 km dari bumi, melindungi bola ini dari energi mematikan.
Diperkirakan bahwa awan plasma yang terjebak Sabuk Van Allen terkadang mencapai energi yang besarnya 100 miliar kali lebih besar daripada bom nuklir yang menimpa Hiroshima. Radiasi dari langit mungkin sama merusaknya. Tetapi medan listrik bumi, hanya meloloskan 0,1% radiasi tersebut dan ini diserap oleh atmosfer. Energi listrik yang diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan medan listrik sebesar ini mencapai miliaran Ampere, sebanyak yang dibangkitkan umat manusia sepanjang sejarah.
Jika perisai pelindung ini tidak ada, kehidupan telah dimusnahkan oleh radiasi mematikan dari waktu ke waktu dan mungkin tak pernah terwujud sama sekali. Namun seperti yang diungkapkan Press dan Siever, inti bumi telah dirancang dengan tepat untuk menjaga planet ini tetap aman.
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya." (QS. Al Anbiyaa', 21: 32)

Ketepatan Atmosfer
Seperti yang kita saksikan, sifat fisik bumi, massa, struktur, suhu, dan seterusnya begitu tepat bagi kehidupan. Namun, sifat-sifat itu saja tidak cukup untuk memungkinkan kehidupan ada di bumi. Faktor penting lain adalah susunan atmosfer.
Telah dikemukakan sebelumnya bagaimana film-film fiksi-ilmiah terkadang menyesatkan orang. Salah satu contohnya adalah betapa mudahnya petualang dan pengembara luar angkasa menemukan planet-planet dengan atmosfer yang memungkinkan untuk bernafas: Mereka tampaknya ada di mana-mana. Andaikan kita dapat menjelajah ruang angkasa yang sebenarnya, kita akan menemukan ini sama sekali salah: Kemungkinan planet lain memiliki atmosfer yang dapat dihirup untuk bernafas sangat tidak mungkin. Ini karena atmosfer bumi telah dirancang khusus untuk menopang kehidupan dengan sejumlah cara yang penting.
Atmosfer bumi terdiri dari 77% nitrogen, 1% oksigen, dan 1% karbon-dioksida. Mari kita mulai dari gas yang paling penting, yakni oksigen. Oksigen begitu penting bagi kehidupan, karena gas ini terlibat dalam sebagian besar reaksi kimia yang melepaskan energi yang dibutuhkan setiap makhluk hidup.
Senyawa karbon bereaksi dengan oksigen. Hasil reaksi ini adalah air, karbondioksida, dan energi. Ikatan kecil energi yang disebut ATP (adeno-sine triphosphate), yang digunakan oleh sel hidup dihasilkan dari reaksi ini. Karena inilah kita selalu memerlukan oksigen untuk hidup, dan bernafas untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Hal yang menarik dari kejadian ini adalah bahwa kadar oksigen dalam udara yang kita hirup telah dengan tepat disesuaikan. Michael Denton menulis tentang hal ini:
Dapatkah atmosfer mengandung lebih banyak oksigen dan masih mampu menopang kehidupan? Tidak! Oksigen adalah unsur yang sangat mudah bereaksi. Bahkan kandungan oksigen dalam atmosfer saat ini, 21%, adalah mendekati batas-atas keselamatan untuk kehidupan pada suhu lingkungan. Kemungkinan kebakaran hutan tersulut naik 70% untuk setiap penambahan 1% oksigen di atmosfer.60
Menurut ahli biokimia dari Inggris, James Lovelock:
(Kandungan oksigen) di atas 25%, sedikit sekali dari tumbuhan saat ini yang mampu bertahan dari amukan api yang memusnahkan hutan hujan tropis dan padang lumut kutub.... Kandungan oksigen saat ini adalah pada titik di mana risiko dan keuntungan tepat seimbang.61

Bahkan peningkatan 5% oksigen dalam atmosfer bumi akan menyebabkan kebakaran yang membinasakan sebagian besar hutan yang ada.
Bahwa kadar oksigen di atmosfer saat ini bertahan pada nilai yang tepat, adalah berkat sistem "daur ulang" yang luar biasa: Binatang terus-menerus menghirup oksigen dan menghasilkan karbondioksida, yang bagi mereka tidak dapat digunakan untuk bernafas. Tumbuhan melakukan tepat sebaliknya: Mereka menghirup karbondioksida yang mereka perlukan untuk hidup, dan sebaliknya mengeluarkan oksigen. Berkat sistem ini, kehidupan terus berlanjut. Tumbuhan melepaskan jutaan ton oksigen ke atmosfer setiap hari.
Tanpa kerjasama dan keseimbangan dari dua kelompok makhluk hidup yang berbeda ini, planet kita tidak mungkin dijadikan tempat hidup. Misalnya, jika makhluk hidup hanya menghirup karbondioksida dan melepaskan oksigen, maka atmosfer bumi akan jauh mempermudah pembakaran daripada saat ini, dan bahkan percikan api kecil dapat menyebabkan kebakaran yang dahsyat. Sebaliknya, jika seluruh makhluk menghirup oksigen dan melepaskan karbondioksida, kehidupan pada akhirnya akan musnah ketika seluruh oksigen telah habis digunakan.
Kenyataannya, atmosfer berada dalam keadaan seimbang, di mana seperti diungkapkan Lovelock, risiko dan keuntungan tepat seimbang.
Aspek lain dari atmosfer adalah kerapatannya, yang telah disesuaikan dengan tepat sekali bagi kita untuk bernafas.
"Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang mukmin." (QS. Al 'Ankabuut, 29: 44)

Atmosfer dan Pernapasan
Kita bernafas setiap saat. Kita secara terus-menerus menghirup udara ke dalam paru-paru dan mengeluarkannya. Kita begitu sering melakukannya sampai menganggapnya hal yang biasa. Kenyataannya, pernapasan adalah proses yang sangat rumit.
Sistem tubuh kita dirancang sedemikian sempurna sampai kita tidak perlu memikirkan pernafasan. Tubuh kita memperkirakan berapa banyak oksigen yang diperlukan, dan mengatur pengiriman dengan jumlah yang tepat baik ketika kita sedang berjalan, berlari, membaca buku, atau tidur. Penyebab begitu pentingnya pernafasan adalah karena berjuta-juta reaksi yang harus tetap berlangsung dalam tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup kita, semuanya memerlukan oksigen.
Kemampuan Anda untuk membaca buku ini adalah berkat berjuta-juta sel retina di dalam mata yang terus-menerus dicatu dengan energi yang diturunkan dari oksigen. Demikian juga, seluruh jaringan tubuh kita dan sel yang membentuknya memperoleh energi dari "pembakaran" senyawa karbon oleh oksigen. Hasil pembakaran ini karbondioksida harus dikeluarkan dari tubuh. Jika kadar oksigen dalam aliran darah turun drastis, tubuh akan lemah; dan jika kekosongan oksigen berlangsung lebih dari beberapa menit, akibatnya adalah kematian.
Dan itulah sebabnya kita bernafas. Ketika kita menarik nafas, oksigen membanjiri sekitar 300 juta ruang kecil dalam paru-paru kita. Pembuluh darah kapiler yang melekat pada ruang ini menyerap oksigen dalam sekejap dan membawanya, mula-mula ke jantung, lantas diteruskan ke seluruh bagian tubuh. Sel tubuh kita menggunakan oksigen ini, dan melepaskan karbondioksida ke dalam darah, yang membawanya kembali ke paru-paru, di mana zat ini kemudian dikeluarkan. Seluruh proses memerlukan waktu tak lebih dari setengah detik: Oksigen "bersih" masuk dan karbon dioksida "kotor" keluar.
Anda mungkin bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak (300 juta) ruang kecil dalam paru-paru. Mereka ada untuk memperluas permukaan yang bersinggungan dengan udara. Mereka dengan hati-hati dilipat agar menduduki tempat sekecil mungkin; andaikan tidak dilipat, hasilnya cukup untuk menutup lapangan tenis.
Ada hal lain yang harus diingat. Ruang kecil dalam paru-paru dan pembuluh kapiler yang melekat padanya telah dirancang begitu kecil dan sempurna untuk meningkatkan laju pertukaran oksigen dan karbon-dioksida. Namun rancangan yang sempurna ini bergantung kepada faktor lain: kerapatan, viskositas (kekentalan), dan tekanan udara harus tepat agar udara dapat bergerak masuk dan keluar paru-paru dengan benar.
Pada ketinggian sejajar permukaan laut, tekanan udara adalah 760 mm air raksa dan kerapatannya sekitar 1 gram/liter. Masih pada ketinggian sejajar permukaan laut, viskositas udara sekitar 50 kali dari air. Anda mungkin menganggap angka ini tidak penting namun angka ini sangat menentukan hidup kita, sebab seperti diungkapkan Michael Denton:
Komposisi keseluruhan dan sifat umum dari atmosfer-kerapatannya, viscositasnya, tekanannya, dan lain-lainnya-harus sama seperti sekarang ini, khususnya bagi makhluk yang menghirup udara.62
Ketika bernapas, paru-paru menggunakan energi untuk melawan gaya yang disebut "hambatan udara". Gaya ini adalah hasil dari keengganan udara untuk berpindah. Namun berkat sifat fisik atmosfer, hambatan ini cukup lemah sehingga paru-paru dapat menarik masuk dan mendorong keluar udara dengan menggunakan energi minimum. Jika keengganan udara lebih besar, paru-paru akan dipaksa untuk bekerja lebih keras agar mampu bernapas. Ini dapat dijelaskan dengan satu contoh. Menyedot air ke dalam jarum suntik itu mudah, namun menyedot madu jauh lebih sulit. Penyebabnya adalah madu lebih rapat daripada air dan juga lebih kental.
Andaikan kerapatan, viskositas dan tekanan udara lebih besar, bernapas akan sesulit menyedot madu ke dalam jarum suntik. Seseorang mungkin mengatakan, "Itu mudah dibetulkan. Kita hanya perlu memperbesar lubang jarum suntik untuk meningkatkan laju aliran". Namun jika kita melakukannya, dalam kasus pembuluh kapileri dalam paru-paru, hasilnya akan menurunkan luas permukaan yang bersinggungan dengan udara, yang menyebabkan berkurangnya pertukaran oksigen dan karbondioksida pada waktu yang sama, dan kebutuhan pernapasan tubuh tidak terpenuhi. Dengan kata lain, nilai masing-masing kerapatan, viskositas dan tekanan udara harus berada dalam batas tertentu agar dapat digunakan untuk bernafas, dan nilai-nilai tersebut dalam udara yang kita hirup adalah nilai yang tepat.
Michael Denton mengomentari hal ini dengan:
Sudah jelas bahwa andaikan salah satu dari viskositas atau kerapatan udara lebih besar, hambatan udara tidak akan memungkinkan untuk bernapas, dan tidak ada rancangan sistem pernapasan lain yang akan mampu mengantarkan oksigen yang cukup bagi makhluk hidup yang menghirup udara dengan metabolisme yang aktif.... Dengan memperkirakan seluruh kemungkinan tekanan atmosfer terhadap kandungan oksigen yang mungkin, menjadi jelas bahwa hanya ada satu wilayah unik... di mana berbagai kondisi untuk kehidupan terpenuhi.... Ini tentunya hal yang luar biasa penting bahwa beberapa kondisi menentukan terpenuhi pada sebuah daerah yang sempit ini dari semua kemungkinan keadaan atmosfer.63
Nilai numerik dari atmosfer bukan hanya kita perlukan untuk bernapas, namun menentukan bagi planet Biru kita untuk tetap biru. Jika tekanan atmosfer di atas permukaan laut jauh lebih kecil dari nilai sekarang, laju penguapan air akan jauh lebih tinggi. Air yang meningkat dalam atmosfer akan mengakibatkan "efek rumah kaca" menjebak lebih banyak panas dan meningkatkan suhu rata-rata bumi. Sebaliknya, jika tekanan jauh lebih tinggi, laju penguapan air akan turun. (Akibatnya air di laut tetap berada di laut, air di daratan akan mengalir ke laut), membuat sebagian planet menjadi gurun pasir.
Seluruh keseimbangan yang diatur dengan tepat ini menunjukkan atmosfer kita telah dengan sengaja dirancang dengan teliti sehingga memungkinkan kehidupan di bumi. Ini adalah kenyataan yang ditemukan dengan ilmu pengetahuan dan kembali menunjukkan kepada kita, bahwa alam semesta bukanlah kumpulan acak materi yang terjadi secara kebetulan. Tidak diragukan lagi terdapat Pencipta yang mengatur alam semesta, membentuk materi sesuai kehendak-Nya, menguasai seluruh galaksi, bintang dan planet di bawah keagungan-Nya.
Kekuasaan agung, sebagaimana Al Quran menyebutkan kepada kita, adalah milik Allah, Penguasa seluruh semesta.
Dan planet Biru tempat kita hidup adalah telah dirancang secara khusus dan "disempurnakan" oleh Allah bagi manusia sebagaimana disebutkan dalam Al Quran (QS. An-Naazi'aat, 79: 30). Ada ayat lain mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan bumi bagi manusia untuk hidup:
"Allah lah yang manjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Mahaagung Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al Mu'min, 40: 64)
"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. Al Mulk, 67:15)

Keseimbangan yang Memungkinkan Kehidupan
Hal-hal yang telah kita bahas sejauh ini hanyalah sedikit dari keseimbangan rumit yang begitu menentukan bagi kehidupan di bumi. Mempelajari bumi, kita dapat menyusun daftar "faktor yang menentukan bagi kehidupan" sepanjang yang kita mau. Ahli astronomi Amerika membuat daftarnya sendiri:
Gravitasi di Permukaan:
- Jika lebih kuat: atmosfer menahan terlalu banyak amonia dan methana.
- Jika lebih lemah: atmosfer planet akan terlalu banyak kehilangan air.
Jarak dengan Bintang Induk (Matahari):
- Jika lebih jauh: planet akan terlalu dingin bagi siklus air yang stabil.
- Jika lebih dekat: planet akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil.
Ketebalan Kerak Bumi:
- Jika lebih tebal: terlalu banyak oksigen berpindah dari atmosfer ke kerak bumi.
- Jika lebih tipis: aktivitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar.
Periode Rotasi:
- Jika lebih lama: perbedaan suhu pada siang dan malam hari terlalu besar.
- Jika lebih cepat: kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi.
Interaksi Gravitasi dengan Bulan:
- Jika lebih besar: efek pasang-surut pada laut, atmosfer dan periode rotasi semakin merusak.
- Jika lebih kecil: perubahan tidak langsung pada orbit menyebabkan ketidakstabilan iklim.
Medan Magnet:
- Jika lebih kuat: badai elektromagnetik terlalu merusak.
- Jika lebih lemah: kurang perlindungan dari radiasi yang membahayakan dari bintang.
Albedo (Perbandingan antara cahaya yang dipantulkan dengan yang diterima pada permukaan):
- Jika lebih besar: zaman es tak terkendali akan terjadi.
- Jika lebih kecil: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi.
Perbandingan Oksigen dengan Nitrogen di Atmosfer:
- Jika lebih besar: fungsi hidup yang maju berjalan terlalu cepat.
- Jika lebih kecil: fungsi hidup yang maju berjalan terlalu lambat.
Kadar Karbondioksida dan Uap Air dalam Atmosfer:
- Jika lebih besar: efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi.
- Jika lebih kecil: efek rumah kaca tidak memadai.
Kadar Ozon dalam Atmosfer:
- Jika lebih besar: suhu permukaan bumi terlalu rendah.
- Jika lebih kecil: suhu permukaan bumi terlalu tinggi; terlalu banyak radiasi ultraviolet.
Aktivitas Gempa:
- Jika lebih besar: terlalu banyak makhluk hidup binasa.
- Jika lebih kecil: bahan makanan di dasar laut (yang dihanyutkan aliran sungai) tidak akan didaur ulang ke daratan melalui pengangkatan tektonik.64
Ini hanya sebagian "keputusan rancangan" yang harus dibuat agar kehidupan ada dan bertahan. Namun sesedikit ini pun cukup untuk menunjukkan bahwa keberadaan bumi bukan karena kebetulan, tidak juga terbentuk oleh serangkaian kejadian acak.
Hal tersebut dan detail lain yang tak berhingga meyakinkan kembali kebenaran yang sederhana dan murni: Allah dan hanya Allah yang menciptakan alam semesta, bintang, planet, pegunungan, dan laut dengan sempurna, memberikan kehidupan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, dan menempatkan ciptaan-Nya di bawah kendali manusia. Allah dan hanya Allah, sumber pengampunan dan kekuasaan, cukup berkekuatan untuk menciptakan sesuatu dari kehampaan.
Ciptaan Allah yang sempurna ini dijelaskan dalam Al Quran sebagai:
"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan binatang-binatang ternakmu." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-33)